Perhatikan kutipan cerpen berikut!
"Kapan ulang tahunmu, Roh?"
Pertanyaan itu seperti membanting Roh.
la gemetar dan air matanya makin ramai keluar.
Sambil sesenggukan ia berusaha menjawab.
"Itulah Nyonya, itulah. Itulah, saya tidak
tahu, itulah kenapa saya tidak tahu, tidak ada
yang memberi tahu kapan ulang tahun saya.
Tapi mestinya saya punya kan mestinya saya juga punya Nyonya."
"Umurmu berapa sekarang?"
Roh seperti tak mendengar kata-kata
majikannya, ia terus mengeluh.
"Nyonya tahu sendiri saya lahir di desa.
Itulah Nyonya, itulah tidak enaknya punya orang
tua buta huruf. Tidak ada yang mencatatkan
ulang tahun saya. Mereka hanya mengatakan
saya lahir subuh, subuh, putri fajar katanya. Tapi
kapan? Kapan? Saya sendiri mana tahu kapan,
kalau orang tua saya tidak tahu? Mereka hanya
bilang sesudah Jepang pergi. Kapan itu Jepang
pergi Nyonya? Mestinya Nyonya dan Tuan
mengerti. Mungkin Nyonya bisa tahu.
"Roh" karya Putu Wijaya
Dikutip dari: Harris Effendi Thahar, Kiat Menulis Cerita Pendek,
Bandung, Angkasa, 2008
Watak tokoh Roh dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....